BNN TINGKATKAN KOMPETENSI PETUGAS REHABILITASI MELALUI PELATIHAN KONSELING DAN ASESMEN
08
Jul
DIREKTORAT PENGUATAN LEMBAGA REHABILITASI INSTANSI PEMERINTAH
Sharif Wihadma

BNN TINGKATKAN KOMPETENSI PETUGAS REHABILITASI MELALUI PELATIHAN KONSELING DAN ASESMEN

Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (PLRIP) Deputi Bidang Rehabilitasi, menggelar pelatihan peningkatan kemampuan bagi petugas rehabilitasi, di Ruang Ki Hajar Dewantara, PPSDM BNN, Lido, Jawa Barat, pada Selasa (8/7). Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam memberikan layanan rehabilitasi yang berkualitas. Direktur PLRIP Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, dr. Amrita Devi, M.Si., Sp.KJ., menjelaskan bahwa pelatihan ini mencakup dua modul utama, yaitu konseling adiksi (UTC 4) dan asesmen (UTC 5), dengan menggunakan kurikulum dari Colombo Plan yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. “Sebanyak 75 peserta mengikuti pelatihan ini, terbagi dalam dua kelas UTC 5 dan satu kelas UTC 4, masing-masing berisi 25 orang. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, seperti petugas rehabilitasi di lingkungan BNN Provinsi dan Kota, rumah sakit jiwa mitra BNN, Tim Asesmen Terpadu, IPSK, serta lembaga rehabilitasi komponen masyarakat," ungkap dr. Amrita. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai respon atas keterbatasan pelatihan tatap muka selama masa pandemi, yang sebagian besar hanya berlangsung secara daring. Pelatihan UTC 5 sendiri merupakan salah satu prasyarat bagi lembaga rehabilitasi untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 8807:2022. Selain menyasar petugas yang belum memiliki pelatihan memadai, pelatihan ini juga ditujukan bagi petugas baru, sehingga menciptakan komposisi peserta yang beragam dari segi pengalaman dan latar belakang. Hal ini penting untuk memperkuat fondasi layanan rehabilitasi di berbagai wilayah. Direktur PLRIP menekankan bahwa kualitas layanan rehabilitasi sangat bergantung pada kompetensi petugas di lapangan, yang merupakan garda terdepan dalam proses pemulihan penyalahguna narkotika. Data UNODC World Drug Report 2023 menunjukkan peningkatan prevalensi penyalahgunaan narkotika secara global, sehingga kebutuhan akan layanan rehabilitasi berbasis ilmiah semakin mendesak. Hasil pemetaan Direktorat PLRIP pada akhir 2024 terhadap lebih dari 400 petugas rehabilitasi menunjukkan bahwa sekitar 50% masih memerlukan peningkatan kemampuan di bidang asesmen klinis, konseling adiksi, dan penyusunan rencana terapi individual. Temuan ini sejalan dengan riset Journal of Substance Abuse Treatment (JSAT, 2022) yang menegaskan bahwa keberhasilan rehabilitasi sangat ditentukan oleh kualitas intervensi yang diberikan oleh konselor. Penguatan kompetensi ini juga mendukung penilaian lembaga rehabilitasi terhadap Standar Nasional Indonesia, khususnya SNI 8807:2022. Selain itu, pelatihan ini menjadi bagian dari upaya persiapan uji sertifikasi kompetensi bagi petugas, guna memastikan mereka mampu menangani kasus kompleks dan meningkatkan kepercayaan diri serta profesionalisme. “Rehabilitasi adalah salah satu strategi utama dalam penanggulangan narkotika berbasis pendekatan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, investasi dalam peningkatan kapasitas SDM menjadi hal yang sangat strategis,” tegas Direktur PLRIP. Melalui kegiatan ini, BNN berkomitmen memperkuat sistem layanan rehabilitasi nasional menuju layanan yang lebih efektif, terukur, dan berstandar internasional demi mewujudkan Indonesia Bersih Narkoba (Bersinar). #indonesiabersinar #indonesiadrugfree BIRO HUMAS DAN PROTOKOL BNN

BNN GENCARKAN PELATIHAN PENDAMPING AGEN PEMULIHAN, PERLUAS JANGKAUAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS KOMUNITAS
21
Apr
DIREKTORAT PASCA REHABILITASI
Sharif Wihadma

BNN GENCARKAN PELATIHAN PENDAMPING AGEN PEMULIHAN, PERLUAS JANGKAUAN REHABILITASI NARKOBA BERBASIS KOMUNITAS

Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (PLRIP) terus memperkuat upaya rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba dengan menggelar pelatihan peningkatan kemampuan bagi para pendamping agen pemulihan. Kegiatan angkatan ketiga ini secara resmi dibuka oleh Deputi Rehabilitasi BNN RI, dr. Bina Ampera Bukit, M.Kes., pada Senin (21/4) secara daring. Dalam sambutannya, dr. Bina Ampera Bukit mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang mencapai 1,73% atau setara dengan 3,3 juta jiwa penduduk berusia 16-64 tahun. Menyadari besarnya tantangan ini, BNN berupaya meningkatkan aksesibilitas layanan rehabilitasi melalui pembentukan pelayanan rehabilitasi berbasis komunitas dengan program IBM. "IBM ini intinya adalah pelayanan komunitas dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat," jelas dr. Bina Ampera Bukit. Garda terdepan dalam program IBM adalah para agen pemulihan yang bertugas mendampingi penyalahguna narkoba dengan layanan rehabilitasi ringan. Untuk kasus sedang hingga berat, agen pemulihan akan merujuk sesuai dengan hasil asesmen. Lebih lanjut, dr. Bina Ampera Bukit menyampaikan hasil penelitian Fakultas Psikologi UI tahun 2020 yang menunjukkan efektivitas IBM dan peran agen pemulihan dalam meningkatkan motivasi perubahan dan menurunkan frekuensi pemakaian narkoba. "Tugas Kita di rehabilitasi itu sama dengan pencegahan tersier. Sedapat mungkin klien itu jangan bertambah parah," tegasnya. Mengingat keterbatasan anggaran untuk melatih seluruh agen pemulihan di Indonesia, BNN mengambil langkah strategis dengan melatih para pendamping agen pemulihan. Para pendamping inilah yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam melatih agen pemulihan di daerah masing-masing. "Teman-teman inilah sebagai ujung tombak yang disebut dengan pendamping agen pemulihan yang akan Kita latih, dan teman-teman sendiri nanti yang melatih agen pemulihannya di daerah teman-teman sekalian," ujar dr. Bina Ampera Bukit. Diharapkan, melalui pelatihan ini, para pendamping agen pemulihan dapat menyerap pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dari para fasilitator sehingga dapat memberikan pelatihan yang maksimal kepada agen pemulihan. Dengan demikian, layanan rehabilitasi berbasis komunitas melalui IBM dapat berjalan dengan baik dan menjangkau lebih banyak penyalahguna narkoba, terutama mereka yang masih dalam tahap coba pakai atau kecanduan ringan. "IBM ini juga salah satu keunggulan dari BNN dalam meningkatkan talking point Kita," imbuh dr. Bina Ampera Bukit, menekankan pentingnya keseriusan dalam menangani program ini. Dengan dibukanya pelatihan peningkatan kemampuan pendamping agen pemulihan angkatan ketiga ini, BNN menunjukkan komitmennya untuk terus memperluas jangkauan layanan rehabilitasi dan menekan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Diharapkan, sinergi antara BNN, para pendamping, dan agen pemulihan dapat membawa perubahan positif dan mewujudkan Indonesia yang bersih tanpa narkoba.

BNN GELAR TOT, TINGKATKAN KAPASITAS PETUGAS REHABILITASI DI INDONESIA
03
Sep
DIREKTORAT PENGUATAN LEMBAGA REHABILITASI INSTANSI PEMERINTAH
Sharif Wihadma

BNN GELAR TOT, TINGKATKAN KAPASITAS PETUGAS REHABILITASI DI INDONESIA

Lamanya rentang waktu mengonsumsi zat adiktif, tidak menjadi penentu seseorang dinyatakan sebagai pecandu berat dan membutuhkan upaya rehabilitasi yang lebih kompleks. Klien harus memenuhi tiga unsur, yakni, adanya toleransi terhadap zat adiktif, memiliki gejala putus zat (sakau), dan ditemukannya gangguan fisik dan psikis pada diri pasien. Hal tersebut disampaikan Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Insatnsi Pemerintah (PLRIP) Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), dr. Bina Ampera Bukit, M.Kes., saat pembukaan Training of Trainer (TOT) Peningkatan Kemampuan Petugas Rehabilitasi Dalam Bidang Adiksi Melalui UTC 5, di Hotel Harper, Jakarta Timur, pada Selasa (3/9). Lebih lanjut dr. Bukit mengatakan, petugas asesmen harus menguasai hal-hal mendasar tersebut agar upaya rehabilitasi yang dilakukan tepat sasaran. Untuk itu, peningkatan kemampuan petugas rehabilitasi harus terus dilakukan. dr. Bukit mengatakan, jumlah tenaga medis pada bidang rehabilitasi di wilayah belum mampu menjangkau jumlah pecandu yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, melalui pelatihan ini diharapkan para peserta dapat menularkan ilmu yang didapatnya pada tenaga medis di wilayahnya masing-masing. ”Ini akan menekan anggaran lebih besar jika pelatihan dapat dilakukan secara mandiri di wilayah masing-?asing," ungkap dr. Bukit. Meski demikian, dr. Bukit menekankan pelaksanaan pelatihan mandiri di wilayah harus tetap dilaporkan kepada pusat, agar sertifikat pelatihan dapat secara resmi diterbitkan dan menjadi dasar kompetensi bagi peserta pelatihan. TOT Peningkatan Kemampuan Petugas Rehabilitasi diikuti oleh 25 orang peserta dan diagendakan akan berlangsung hingga 6 September 2024. Dengan adanya kegiatan ini, BNN berharap jumlah petugas rehabilitasi tersertifikasi akan semakin bertambah dan berdampak pada meluasnya jangkauan rehabilitasi pecandu narkotika di Indonesia. #indonesiabersinar #indonesiadrugfree BIRO HUMAS DAN PROTOKOL BNN